KADUNG VIRAL Pasutri Mengaku Mudik Jalan Kaki ke Bandung Ternyata Bohong, Disebut 'Suka Rekayasa', Ibu Malu



TRIBUNMATARAM.COM - Viralnya kisah pasutri Masitoh Ainun (36) dan suaminya, Dani Rahmat yang mencuri hati banyak orang nyatanya tak sepenuhnya benar.

Pasutri yang belakangan mengaku pulang kampung jalan kaki dari Gembong, Jawa Tengah menuju Bandung, Jawa Barat ini ternyata sudah setahun tinggal di jalanan.

Dalam narasi sebelumnya, Masitoh dan Dani disebutkan terpaksa pulang kampung jalan kaki dari Gembong ke Bandung karena tak memiliki ongkos.

Tapi ternyata, baik Dani maupun Masitoh bukan warga Bandung.

Akan tetapi, hanya ibu Dani yang merupakan warga

Kampung Bojong Sayang, RW 01, RT 03, Desa Pananjung, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung.

• Ratusan WNA China Masuk di Tengah Larangan Mudik, Kemenkumham: Memenuhi Aturan Keimigrasian

• Ketahuan Palsukan Surat Rapid Antigen, 4 Gadis Menangis Terjaring Razia Mudik : Kita Kangen Orangtua

Dani (38) dan Masitoh (36) sembari membawa dua anaknya yang masih balita nekat jalan kaki pulang mudik dari Gombong (Jawa Tengah) ke Soreang, Kabupaten Bandung karena tak punya pekerjaan setelah di-PHK di tempat kerjanya. Mereka berangkat dari Gombong pada Minggu (2/5) sore dan Jumat (7/5) siang baru sampai di Ciamis. (Tribun Jabar/Andri M Dani)

Di sana ibu Dani tinggal.

Menurut ketua RT setempat, Sumarna (50), ibunya memang sudah lumayan lama di daerah tersebut.

"Dani kembali lagi ke sini, sebelumnya sudah lama enggak ada. Satu minggu ke belakang masih ada (di rumah ibunya)," kata Sumarna saat berada di Kantor Desa Pananjung, Minggu (9/5/2021)

Sumarna mengatakan, memang Dani dulu kerja di konveksi, tapi bukan di Jawa Tengah.

"Anjeunna ngadamel di konfeksi, di sini. Ngajaitnya di Parahiangan Kencana," tuturnya.

Sumarna mengatakan yang tercatat sebagi warga, hanya ibunya. Dani hanya singgah.

"Dia hanya singgah di sini, kerja di sini," ucap dia.

Sumarna mengungkapkan, Dani dan keluarganya sudah lama tak ada di Bojong Sayang.

Setahunya, mereka pulang ke Medan, kampung halaman Masitoh.

"Sepengetahuan saya pergi di sini ya ke Medan lagi. Seminggu lalu ada di sini dan pergi lagi," ucapnya.

Tahu-tahu, kata Sumarna, Dani viral karena mengaku jalan kaki dari Jawa Tengah.

"Dengan kejadian ini, ibunya ya malu," katanya.

Tetangga dari ibu Dani, Ujang Kasoma (52), ,mengatakan, Dani dan istrinya kerap merekayasa cerita.

"Demi mendapatkan materi, ia menjual rasa iba itu. Seminggu sebelumnya ada di sini dan bertengkar dengan keluarganya," katanya.

Dani mengakui dirinya menjadi korban PHK sehingga tak punya ongkos untuk pulang.

Berbekal Rp 120 ribu, Dani dan Masitoh pun nekat pulang bersama dua buah hatinya yang telah berusia setahun dan tiga tahun.

Siapa sangka, cerita yang dikatakan Dani dan Masitoh itu tak semuanya jujur.

Sudah setahun ini ketiganya hidup luntang-lantung di jalanan.

Baca juga: Kisah Pasutri Mudik Jalan Kaki dari Jateng ke Jabar Gendong Balita: Kena PHK, Bekal Rp 120 Ribu

Baca juga: Satu Keluarga Terpaksa Pulang Kampung Tempuh Ratusan Kilometer Jalan Kaki, Di-PHK, Berbekal 120 Ribu

Bahkan, sejak sang anak berusia empat bulan.

Masitoh mengakui, dia tak mudik dari Gombong ke Cangkuang.

Tapi ia dan suaminya dengan membawa kedua anaknya sengaja melakukan perjalanan untuk menghidupi keluarga.

Semua berawal dari tempat bekerjanya Dani yang gulung tikar.

"Mesin jahit diambil bos, jadi bingung kerjaan enggak ada. Yang ngajak hidup di jalan, saya. Kami turun ke jalan yang penting ada buat makan. Ada yang ngasih kami terima, enggak ada yang ngasih, kami jalan," ujar Masitoh saat ditemui di tempat karantina, Minggu (9/5/2021).

Menurut Masitoh, sekitar seminggu lalu, mereka kembali melakukan perjalanan.

"Kami dari sini (Cangkuang) ke Cimindi naik angkot. Dari Cimindi naik kereta api ke Purwakarta. Purwakarta-Bandung, ongkosnya cuman Rp 7 ribu. Lalu dari Purwakarta ke Cikarang. Mulai dari Cikarang, kami jalan (kaki)," kata Masitoh.

Masitoh mengatakan, dari Cikarang, mereka menuju Cikampek, Karawang, Subang, Indramayu.

"Di Indramayu kami dapat tumpangan dinaikkan ke bus. DFtanya tujuannya mau ke mana, kalau sebutin jauh-jauh kasihan orang itu, jadi saya sebut yang dekat saja ke Tegal, ongkos Rp 100 ribu," tuturnya.

Setelah di Tegal, menurut Masitoh, ia dan keluarganya jalan ke Gombong, Jawa Tengah.

Nah, dari Gombong, mereka balik lagi. 

"Jadi muter, pergi dari utara, pulang lintas selatan," katanya.

Menurutnya, dia melakukan perjalanan seperti itu sudah satu tahun.

"Setahun sebenarnya kami sudah keliling Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat. Cuma tidak hanya sambil diam, tapi sambil cari kerja. Tapi itu memang yang namannya cari kerja susah," katanya.

Masitoh memaparkan, selama satu tahun keliling, dia mengibaratkan jalan-jalan gratis,

Kalau tak ada tumpangan, jalan kaki.

"Kalau tidur ada pom bensin, ya pom bensin, ada di masjid. Kan di Jawa (masjid) tak dikunci," tuturnya.

Hal tersebut dilakukan, kata Masitoh, saat anaknya yang kecil berusia empat bulan dan sekarang sudah berusia 1,6 tahun. 

"Tinggal di (rumah) mertua enggak mungkin, rumahnya kecil, sempit. Untuk kontrakan harus jalan hidup harus jalan, daripada mencuri, kan gitu kan," ujar Masitoh.

Masitoh mengatakan, dia masih warga Lubuk Pakam, Medan, Sumatera Utara.

Namun kartu identitasnya hilang karena tasnya dicuri orang saat berada di Cimahi, begitu juga dengan kartu identitas suaminya.

"Semua tas saya diambil orang di Cimahi, dipikir mereka apa ya, padahal cuma baju saya, suami, dan anak serta surat-surat itu, KTP dan lainnya," tuturnya.

Dengan adanya kejadian viral tersebut, kakak dan orang tuanya menjadi syok. Bahkan kakaknya yang paling besar di Medan sampai darah tinggi.

"Setelah enggak ada penyekatan lagi, insyaallah, kami balik ke Medan. Mau ngurusin orang tua di sana," ucapnya.

Kini Dikarantina

Sabtu (8/5/2021) dini hari, mereka telah sampai ke Cangkuang, Kabupaten Bandung.

Kini keluarga tersebut untuk sementara dikarantina di Kantor Desa Pananjung, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung.

Sebelumnya, diberitakan

Dani, nama pria itu mudik jalan kaki gombong bandung bersama keluarganya, yakni istri dan dua anak yang masih balita.

Baca juga: Pupus Harapan Agus Batal Lamar Kekasih Sebelum Lebaran, Terjaring Razia Mudik Dipaksa Putar Balik

Baca juga: Aturan Lengkap Larangan Mudik Lebaran 2021, Berlaku 6-17 Mei: Ada Pengecualian Bagi Orang-orang Ini

Dani (38) dan istrinya Masitoh Aninur Lubis (36) sudah 6 hari berjalan dan kemarin tiba di Ciamis.

Mereka harus jalan kaki dari Gombong ke Bandung yang jaraknya ratusan kilometer sambil membawa dua anaknya yang balita.

Mereka berangkat dari Gombong, Jawa Tengah, menuju Kabupaten Bandung, tepatnya di sekitar Soreang.

Dani harus membawa pulang keluarganya ke Bandung karena di-PHK oleh tempat kerjanya.

Sudah enam hari ini mereka berjalan kaki menyusuri jalan berdebu di jalur selatan.

Keduanya membawa dua anaknya yang masih balita, Manpa (3 tahun 8 bulan) dan Hanum (1 tahun 5 bulan).

Foto dari warganet yang sempat mengabadikan pasangan suami istri, Dani dan Masitoh yang sedang beristirahat di sebuah SPBU di Kota Banjar Kamis (6/5/2021). Pasangan suami isteri tersebut sembari membawa dua anaknya yang masih balita nekat berjalan kaki dari Gombong (Jateng) menuju Soreang Bandung untuk Pulang kampung karena d-PHK di tempat ia bekerja di sebuah usaha konfeksi rumahan di Gombong. (ist)

Dani dan keluarganya berangkat dari Gombong Minggu (2/5/2021) sore.

Jumat (7/5/2021) siang menjelang jumatan, Dani sekeluarga sudah sampai di Jl Ahmad Yani, Lingkungan Bolenglang, RT 03/05, Ciamis.

Mereka sedang berteduh di bawah pohon rindang di sisi jalan raya jalur selatan.

Kondisi mereka cukup lusuh karena telah menempuh perjalanan jauh.

Mereka menggunakan sandal jepit yang juga lusuh.

“Beginilah sehari-harinya, kalau lagi capek langsung berhenti. Kemudian terus melanjutkan perjalanan lagi,” ujar Dani kepada TribunJabar.id Jumat.

Menurut pengakuan Dani, ia sekeluarga terpaksa nekat jalan kaki pulang dari Gombong menuju Soreang karena sudah tidak punya apa-apa lagi setelah di-PHK dari perusahaan konveksi rumahan di Gombong tempat ia semula bekerja.

Di Gombong, Dani tinggal di kontrakan.

Setelah tidak bekerja dan tidak punya apa-apa lagi, ia sekeluarga memutuskan untuk pulang ke Soreang, Kabupaten Bandung.

“Kami bukan mudik, tapi pulang kampung. Pulang karena di Gombong sudah tidak punya apa-apa lagi. Mudah-mudahan di Bandung nanti ada pekerjaan,” ucapnya.

Karena tidak punya apa-apalagi setelah tidak bekerja, Dani bersama istrinya sepakat pulang ke Bandung dengan berjalan kaki.

Masitoh tidak hanya menggendong anaknya yang bungsu Hanum, tapi juga tas gendong berisi pakaian mereka.

Berangkat dari Gombong Minggu sore kemarin, Dani hanya membawa bekal uang Rp 120.000.

“Tapi alhamdulillah, selama di perjalanan banyak yang bantu. Ada yang ngasih uang, ada yang ngasih makanan. Kami hanya berjalan di siang hari, kalau malam istirahat,” ujar Masitoh.

Menurut Masitoh, mereka memilih SPBU untuk istirahat malam sekaligus menumpang mandi.

“Setelah istirahat malam di pom bensin, pagi harinya melanjutkan perjalanan lagi,” katanya.

Selama enam hari dalam perjalanan dari Gombong sampai di Ciamis Jumat siang tersebut memang banyak yang bantu.

“Tapi ada juga yang menyangka kami nipu-nipu. Curiga, terserahlah, ini adalah perjalanan hidup kami. Mohon doanya kami selamat dalam perjalanan,” ujar Masitoh.

Masitoh menyebutkan mereka punya empat orang anak.

Yang sulung,  Eva (16) kini nyantri di sebuah pesantren. Sedangkan yang nomor 2, Ihsan (10) tinggal bersama neneknya di Jl Pancing Unmed, Medan.

“Yang ikut jalan Manpa dan yang digendong ini Hanum,” paparnya.

Karena musafir melakukan pejalanan jauh, Dani sekeluarga terpaksa tidak berpuasa.

Waktu tengah beristirahat di sisi Jl A Yani Jumat siang, mereka sedang makan dan minum.

Keberadaan Dani bersama istri dan dua anaknya yang sedang makan di sisi jalan tersebut tentu menjadi perhatian warga dan pengguna jalan yang sedang melintas.

“Saya heran, siang-siang bulan puasa kok ada yang makan minum di sisi jalan. Setelah saya dekati ternyata mereka sedang melakukan perjalanan jauh dari Gombong menuju Soreang, Bandung dengan berjalan kaki,” ujar Abdul Muhi, Kades Tigaherang, Rajadesa, Ciamis.

Abdu Muhi siang tersebut sedang dalam perjalanan dari Kertasari Ciamis menuju Sindangrasa dengan menggunakan mobil.

Ia kemudian berhenti setelah menyaksikan Dani sekeluarga yang sedang makan minum di sisi jalan.

Setelah mengetahui kondisi Dani sekeluarga, Abdul Muhi pun menawarkan keluarga tersebut ikut mobil, menumpang sampai Sindangrasa Jalan Sudirman Ciamis untuk kemudian melanjutkan  perjalanan kembali.

Kades Tigaherang itu pun menitipkan sedikit bekal untuk Dani dan keluarga.

“Alhamdulillah di perjalanan suka ada yang bantu, tidak hanya makanan dan minuman tetapi juga uang. Kadang juga tumpangan naik mobil,” ujar Dani, dikutip dari TribunJabar.id dengan judul Kisah Satu Keluarga Mudik Jalan Kaki Gombong-Bandung Cuma Berbekal Rp 120 Ribu, Dia Warga Soreang

Setiap hari mereka bisa melakukan perjalanan 25 km sampai 30 km, kadang lebih cepat kalau ada yang ngajak menumpang naik mobil.

Dani memperkirakan mereka akan sampai di Soreang pada hari kedua lebaran.

Do’ain kami selamat,” katanya. (TribunMataram.com/ Salma)

Related Posts

0 Response to "KADUNG VIRAL Pasutri Mengaku Mudik Jalan Kaki ke Bandung Ternyata Bohong, Disebut 'Suka Rekayasa', Ibu Malu"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel